HLHLP-045

sebelum>>| awal>>| lanjut>>

Laman: 1 2 3 4 5

Telah Terbit on 6 November 2010 at 00:01  Comments (108)  

The URI to TrackBack this entry is: https://pelangisingosari.wordpress.com/hlhlp-045/trackback/

RSS feed for comments on this post.

108 KomentarTinggalkan komentar

  1. Hallo selamat pagi

    • alhamdulillah bisa nomer satu

      • Wis wayah rame uwong ……
        Alamat panen ini ….
        tiga rontal gogrok … tanpo diorog-ogrog …

  2. Dherek hadir no 4 maning.

  3. On 6 November 2010 at 00:07 kompor said:

    awaas !! jangan dekat-dekat pintu gandhok, gue lagi mau ngejajal elmu.
    “buk”, pintunya yang tebel ape elmu gue yang belon sampe puncak ????
    “sori, kayaknye musti menambah puncak kemampuan yang ada. Tarik napas, dua kaki meregang, tangan menyilang didada, awas….!!!! jangan ada yang dekat-dekat pintu !!
    “jeger”, gila…pintunye masih utuh……..
    Balas

    *
    On 6 November 2010 at 06:41 Truno Podang said:

    Hasil imajinasi Ki Kompor setelah 3 jam menthelengi gambar cover. Lama2, tepat pukul 00.00 timbul bayangan kuat bahwa dibelakan gambar pintu yang sedang digedor terletak rontal 43, 44, dan 45. Lha gambar pintu di cover 43 itu lama2 muncul di dinding tembok Ki Kompor.
    Untung semalam Ki Kompor di rumah sendiri dan para tetangga tidurnya nyenyak. Yang jadi masalah adalah tangan dan kaki Ki Kompor keseleo dan bengkak2.
    Wah wah wah wah, ……. ternyata tertundanya wedaran sudah menimbulkan korban, walaupun masih dalam kadar yang sangat rendah.

  4. Mengisi daftar antrian

  5. mengisi daftar antrian

  6. Kalo dalam seni sastra bentuk prosa kita kenal adanya ceritera pendek. Maka dalam khasanah postingan kita kenal adanya posting pendek. Sebetulnya ada yang lebih pendek lagi yaitu dengan mengetik “.”(titik), maka akan keluar “balas” -> satu karakter menghasilkan 5 karakter (sesuai prinsip ekonomi):

    On 6 November 2010 at 02:41 jabriik said:

    Hallo selamat pagi
    Balas

    #
    On 6 November 2010 at 06:38 Budi Prasojo said:

    Dherek hadir no 4 maning.
    Balas
    #
    #
    On 6 November 2010 at 08:27 Biting said:

    Mengisi daftar antrian
    Balas
    #
    5.
    On 6 November 2010 at 08:58 bancak said:

    mengisi daftar antrian
    Balas

    *

    • *

  7. UNTUK KITA RENUNGKAN
    EBIET G ADE

    Kita mesti telanjang dan benar-benar bersih
    Suci lahir dan di dalam batin
    Tengoklah ke dalam sebelum bicara
    Singkirkan debu yang masih melekat
    Oooh, … singkirkan debu yang masih melekat
    Du du du du du
    Du du du du du ooh ohoho

    Anugerah dan bencana adalah kehendak-Nya
    Kita mesti tabah menjalani
    Hanya cambuk kecil agar kita sadar
    Adalah Dia diatas segalanya, ……. Oooh
    Hanyalah Dia diatas segalanya

    Anak menjerit jerit
    Asap panas membakar
    Lahar dan badai menyapu bersih
    Ini bukan hukuman hanya satu isyarat
    Bahwa kita mesti banyak berbenah

    Memang bila kita kaji lebih jauh
    Dalam kekalutan
    Masih banyak tangan yang tega berbuat nista, …… oooh

    Tuhan pastI telah memperhitungkan, ……
    Amal dan dosa yang kita perbuat
    Kemanakah lagi
    Kita kan sembunyi
    Hanya kepada-Nya kita kembali

    Tak ada yang bakal bisa menjawab ….
    Mari hanya tunduk sujud kepada-Nya
    Du du du du du
    Du du du du duuuu
    Oh ho ho oh ho hoooo

    Kita mesti berjuang memerangi diri
    Bercermin dan banyaklah bercermin
    Tuhan ada di sini
    Di dalam jiwa ini
    Berusahalah agar Dia tersenyum
    Oh ho ho
    Berusahalah agar Dia tersenyum
    Du du du du du
    Du du duuuu ooh ho hooo
    Oh ho ho ho ho hooo

  8. nderek ndusel
    ngindik rontal, mugo le medar mengko2 wae yen aku wis mbalik mbogor :d

    • Assalamu’alaikum, selamat sore…
      Nderek ndusel Ki Emprith ach…
      Ki Emprith tinggal di bogor dimana?

  9. Catatan FB seorang teman kemarin:

    Di jogja sedang ada festival
    sekolah libur
    stadion penuh sesak
    di jalan ramai kendaraan lalu lalang

    di jogja sedang ada festival
    bertema kelabu
    mobil kelabu.. motor kelabu
    baju jaket celana helm kelabu…
    rumah kelabu.. pekarangan kelabu..
    pohon rumput genting gedung semua bangunan kelabu
    laptop kelabu keyboardnya kelabu
    meja kursi kantor kelabu
    langit dan udara kelabu

    semalam ada suara gemuruh bergulung gulung
    seperi guruh tapi jauh lebih lama bergaung
    terus berdenting-denting di atas genting
    lalu ramai suara gemericik hujan kering

    pagi tadi kelabu menyelimuti jogja
    bahkan matahari pun tak berdaya menembusnya

    Ara bertanya: Pak, kita mengungsi ke mana? Aku belum ingin mati
    kita tidak mengungsi, anakku!
    batas daerah bahaya masih satu dua kilometer di atas kita.
    dan jangan takut mati
    ini bukan kiamat, bukan azab…

    bukankah Allah pernah berpesan dalam Al-Qur’an
    pada hari kiamat bapak melupakan anaknya, kakak melupakan adiknya
    ibu melupakan bayi yang sedang disusui..

    di sini tidak ada yang melupakan siapapun

    bukankah tadi waktu mau beli sarapan
    kita tidak kebagian karena keduluan para tetangga
    yang menampung saudara di rumah mereka?

    bukankah ara lihat di depan rental mobil
    ada kijang xenia avansa berjajar-jajar
    dengan stiker di kaca depan belakang
    bertuliskan: gratis untuk mengangkut bantuan?

    bukankah Ara lihat di perempatan
    Pak Polisi bermandi debu mengatur lalu lalang kendaraan?

    Bukankah teman-teman ara di sekolah
    kemarin mengumpulkan pembalut popok dan susu
    untuk disumbangkan?

    mungkin
    di saat seperti ini satu-satunya yang dilupakan adalah perbedaan..
    kristen islam cina jawa putih hitam
    semua mencoba mengulurkan tangan
    melakukan apa yang bisa dilakukan

    mungkin,
    festival ini adalah perayaan memperingati kasih sayang dan kebersamaan
    agar setelah keramaian ini berlalu
    semua itu tidak kita lupakan

    di jogja sedang ada festival kelabu, anakku
    pemicu untuk berdoa sekhusyuk-khusyuknya
    bersyukur kepada Allah atas rahmat-Nya
    yang melebihi kemurkaan-Nya

    • bagus banget jeng,
      festival kelabu dg pewarna alami, abu vulkanik.

      Td siang aku nyebrang jl. Magelang, langsung penuh debu.

      Berharap hujan rintik yang panjang, agar debu larut.

      • Panjenengan di mana to ki? Jogja apa magelang? Di Jogja semalam sudah hujan. Lumayan panjang, sejak sore. Kalau cuma rintik, debunya nggak hanyut malah jalannya jadi licin setengah mati.

        • Turut prihatin menyaksikan berita dan siaran TV yang sempat disimak.
          Tulisan kiriman Ning Ken Padmi malah bikin hati trenyuh …
          Dibalik pengalaman yang demikian mengenaskan ..memang termuat sebuah panggilan …
          Untuk bersatu … berkarya .. berdoa … bersyukur …

          Kadang-kadang memang agak aneh ….
          Untuk bisa berjalan dalam diatas langkah yang luhur saja, kok nunggu harus menunggu sebuah bencana ….

          Ya itulah agaknya sebagian dari nature manusia yang sukar untuk ditakhlukkan …

          By the way … terdengar kabar kalau Scanner Ki Ismoyo juga ikut-2 jadi kelabu …. 🙂 sehingga kitapun harus melewati minggu yang kelabu …. 😉

          Huu hu huuuu 😡

          • Terimakasih simpati dan doanya ki, ini tak copy paste status FB teman yang sama, barangkali bisa menjawab keheranan panjenengan:
            Oleh-oleh khutbah Jum’at kemarin… Bencana dan kesulitan, mungkin adalah kesempatan bagi kita untuk lulus ujian. Karena kata Rasulullah, umat Islam biasanya lulus kalau diuji dengan kesulitan, tapi banyak yang gagal kalau diuji dengan kesenangan…..

  10. jumat pagi saya di camp jumoyo -magelang, tp siang klg sy pindah ke medari sleman ke rumah saudara, mendingan skrg bisa tidur lelap. Meski kl pas saya ke camp pengungsi, kondisi tetap mencekam.

  11. Komunitas ADBM menggalang dana : ADBM for MERAPI…monggo dimoderasi

    • Setuju sekali Ki,
      mohon dimoderasi ADBM for MERAPI.
      Jadi ingat ceramah uztad beberapa waktu yang lalu:

      “Sedekah itu yang penting BANYAK, nggak ihlas nggak apa-apa. Orang yang perlu bantuan tidak perlu keihlasan kita, ihlas itu adalah antara kita dengan Allah. Setelah satu atau dua minggu apa yang tadinya nggak ihlas itu akan terlupa dan tanpa kita sadari akan jadi ihlas dan insyaallah akan diterima sebagai amal kita.”

      • Ma’af Ki, untuk amal itu ada dua syarat yang harus terpenuhi : yang bertama ikhlas, yang kedua muttaba’ah(mengikuti contoh Nabi SAW). Dan Nabi SAW dalam beramal selalu memberikan yang terbaik dan terbanyak yang dimiliki sebagaimana juga dicontoh para shahabat. Sedangkan ikhlash itu memang hanyak Alloh SWT yang mengetahui, namun demikian ikhlas itu harus dimulai dari saat berniat dan kita jaga sampai akhir hidup kita. Saya kira ucapan ustad yang Ki LS sebut tersebut sebatas intermezo untuk menyegarkan suasana sehingga kajian tidak tegang dan monoton. Sepuntene KI.

        • Benar Ki, waktu itu memang untuk menyegarkan suasana, dan mungkin juga karena ustadz saya agak sedih waktu melihat isi kotak amal yang diputar untuk bantuan banjir isinya kebanyakan cuman ‘cepek-an”.

          • Dari beberapa kajian yang pernah saya ikuti, infak & sodaqoh itu memang harus ikhlas tapi perlu juga pembelajaran dan pembiasaan. Seseorang tidak perlu membatalkan infak & sodaqohnya ketika timbul riya’ di hati. Jika amalan itu sudah menjadi kebiasaan, riya’ akan hilang dengan sendirinya dan akan insya’Allah ikhlas sepenuhnya. Wallahu a’lam.

  12. ONENG STORY #6

    Oneng :”Bang Juri bang Juri, …….. ape Gunung Merapi ntu deket Kota Wasior di Jayapura ya bang?”.
    Bajuri :”Oneng maniiis, ….. Gunung Merapi ntu ada di Jawa Tenge, deket Kote Magelang, deket Kote Yogya, deket Kote Klaten, deket Kote Boyolali!”.
    Oneng :”Oooh, …… jadi ade 4 gunung Merapi ya bang. Truz yang mbledug yang deket mane bang?”.
    Bajuri:”Ntu tuh yang deket pale lu!”.
    Oneng:”Iiih abang suka begitu, …. orang ditanye baek-baek malah ngambek gitu!”.

    • Lho….2 nopo 4 ki Trun ?

      • Leres kalih lan sekawan Ki Pls…..!
        mentrik’e kalih, lha nikune rak sekawan to..?

        he….he….he……gojeg lho….!

        • Dipirsani saestu ki..sakniki kathah barang tiruan…wekekek

          • sanjange si mBak bakula jamu :
            didemok disik lagi entuk percaya…..!

          • Nek meh ndemok kudu mbayar depe ndisit …

  13. Mendung…..benarkah akan segera turun hujan….
    pekat….gelap menyelimuti seluruh gandhok ini….
    terangilah jiwa kami semua, yang sedang dilanda kegalauan.

    • Baru dapet aji pameling dari Ki Panembahan Ismoyo, ada masalah yang belum tuntas dan perlu jurnal penyesuaian, yaitu mengenai beban pajak pasal 23, sang audite kebetulan pencinta berat HLHLP, saking keselnya HLHLP 43 yang belon juga diwedar, akhirnya merubah beban pajak pasal 23 menjadi beban pajak pasal 43
      “gue baru denger ade PPH ps 43”, berkata Panembahan Ismoyo.
      “Soalnya rontal 23 udeh gue baca tuntas pak”, berkata audite teman Pandanalas yang enggak nyambung ketularan si oneng.

  14. Assalamu’alaikum, selamat malam minggu sanak sedoyo..
    Aku Lagi dapat giliran jaga malam.makanya sambil jaga baca rontal nganggo nyruput wedang sing anget muantap tenan

    • Kulo nJih nembe nikmati HLHLP-042 …. sambil nikmati udara malam ….

  15. walaikumsalam ww, sami sami ronda

  16. Esuk2..grimis..adem
    Enake ngruntel maneh kemul sarung

  17. Sugeng enjing kadang sedoyo.
    Orang yang sabar memang kekasih Allah.

  18. Ide untuk membuka dompet ADBM cukup bagus apabila bisa teralisir
    Kalau melihat kiprah Ki Ismoyo, sepertinya beliau ahli dalam bidang Akuntansi (Keuangan) jadi mungkin Beliau ada ide untuk membuat sistemnya.
    Atau ada kadang cantrik/mentrik yang lain.
    Sumonggo setuju saja.

    • kula nderek Ki Honggo, sarujuk.

    • Anggota admers neng fb sekitaran 1500san, nek msg2 10000 mongko terkumpul dana 15 yutoan..monggo

  19. Sugeng enjing.

    Rupanya, kita masih harus bersabar lagi.

    Pak Satpam lihat di bangsal pusaka belum ada paket yang datang dari Tanjung Pinang.

    Kita sama-sama berdoa, semoga Ki Ismoyo sehat-sehat saja dan scannernya tidak mogok lagi. Selain itu, semua urusannya lancar, tidak ada hambatan sehingga memiliki waktu untuk melakukan scanning.

    • Amin…….

      jaman menunggu ADBM dikloning supaya muncul PDLS dulu, para cantrik juga harus menunggu cukup lama.
      justru pada waktu menunggu, tingkat keguyuban cantrik terasa meningkat, dan gandhok menjadi semakin regeng. malah Adhimas Kompor sampai mengkomandani team pengaman musyawarah padhepokan dengan gelar Kompor PSS (pancen sengsara sekali, eh bukang nding pendekar super sakti).
      last but not least, ni KP juga aktif banget, persis seperti saat ini, selalu paring komen.
      ki Pandanalas…? jangan ditanya lagi, beliaulah yang jadi ikon gandhok !

      sumangga Ki Ajar pak Satpam, seperti orang seberang kulon kali Progo bilang, take it easy.
      he….he….he…..

      • Kanggoku, rontale ora penting.. Tp kudu ono
        Sing luwih penting kuwi silaturahimme.., opo maneh yen ono sing ngejak luwih mendalem koyo dyah pitaloka, tp dewee ra mecungul maneh

  20. masih tetap sabaaaar menanti

  21. Assalamu’alaikum, betul tuch Ki Pandan silaturahmi yg plg penting, tp kalau yg mendalam hehehe aku ndak ikutan,
    Coba lagi keluarkan ajian ogrok2 mentriknya dan ditujukan ke arah selatan, siapa tau mbak’e sing ngajak menchungul neh

    • Yak nopo kabaripun mBogor Miss Nona? Nopo jawah awunipun taksih wonten?
      MBeksi angin2 radi mendhung, …… saenggo langkung sekeco rengeng2 wonten nggriyo kemawon.
      Kados pundi sibu menopo sampun tambah dangan. Kulo sampun kengetan nami Madu meniko ip Madu Cedar, utawi Cedar Honey asal Yaman. Lajeng ingkang taksih kesupen nami Habattusaudah-ipun, menawi meniko asalipun saking Afrika ip Etiopia.

    • Miss…njaluk tulung…mbok jeng Loka (pitaloka) diaturi sowan mrenne…

  22. met sore poro kadang,
    sore terakhir menikmati festival kelabu di jogja, dengan bus mulyo indah kan ku tinggalkan kemolekan merapi.

    Siang tadi tilik kampung, pepohonan pada ngantuk semua, pasir banyak gak perlu beli sudah di anter bahkan sampai kamar.
    Dan sesaat sebelum beranjak dari pengungsian, ada perintah untuk pindah camp dari jumoyo ke mertoyudan.
    Tetap semangat saudara-saudaraku !

  23. Trenyuh dengan kondisi sanak-kadang di lereng Gunung Merapi.
    Mudah-mudahan segera berlalu.
    Selamat jalan Ki Emprith, bilang sopirnya supaya hati-hati di Jalan, he he …

    • Amin Pak Satpam,
      nanti sy bilang pak sopir biar medar rontal mbesok saja … 😛

  24. met jalan Ki Emprith, hati hati di jalan, sayajuga dari lereng merapi, tapi nggak sempat melihat langsung merapi yang sedang merapikan diri

    • Matursuwun Ki Bancak,
      met ketemu lagi digandok sebelah.

  25. TTDJ ki Emprith,naik Mulyo Indah turun nang kedunghalang kan? Mbogor tetep seperti biasa hujan.
    Haduh mumet buanget neh sing jaga mami minta berhenti. Bakalan ronda tiap malem neh
    @ Ki TruPod, makasih infonya, mami aku skrg Alhamdulillah dah tambah membaik tinggal gula darahnya yg masih tinggi, yach maklumlah ngejaga wong sepuh, susah2 gampang krn terkadang kita ndak tau apa yg dia mau dan keinginannya yg sering berubah2. Yach, aku cuma bisa berdoa semoga ALLAH SWT selalu memberikan aku kesehatan, kesabaran n keikhlasan menjalani ini semua, Amin Ya Robbal Alamin…

    • Sugeng ndalu miss, salam buat mamihnya dan semoga cepat sembuh. Saya sendiri alhamdulillah sudah bisa jalan sambil rambatan.

      • Alhamdulillah…mugio enggal saras sedoyo…

        • Matur nuwun ki PA

    • saya turun psr. cibinong, jeng, kan saya di citeureup.

      Kata orang-orang, kalau buat gula dikasih undur-undur (tapi jaman sekarang cari dimana itu mahluk), kalau nggak, pakai jagung muda direbus berikut kulitnya, minum airnya. Tapi kata orang lho jeng.
      Moga mami cepet sembuh ya jeng.

  26. pripun kabare para sahabat,
    Mugi-mugi selalu dalam lindungan Gusti Allah,
    permisi……

    • pangestunipun Ki Kompor, sedoyo sami pinanggih sae, sakkonduripun mugi Ki Kompor semanten ugi.

  27. Nuwun

    Malam sudah semakin larut, terasa keletihan yang amat sangat, tetapi rasanya cepat hilang, mengingat ada perasaan bahagia namun haru, karena dapat saling berbagi suka di antara sesama. Hampir dua hari ini betapa santri-santri Puri Batutulis yang berasal dari daerah Lereng Merbabu, Merapi, beberapa dari sekitar Sungai Progo, Kedu, dan Prambanan, disibukkan menyiapkan ubå rampé dan mereka para relawan untuk berangkat, sedikit atau banyak dapat ikut cawé-cawé menyusul seniornya yang sudah berangkat terlebih dahulu.
    Maaf kami belum dapat berbuat banyak.

    Nyuwun séwu juga para kadang, dongeng MATAH ATI atau
    Radén Ayu Kusumå Matah Ati , sementara belum dapat dilanjukan, sebagai gantinya sesaat lagi Punåkawan akan medar dongeng:
    Merapi sedang ‘merapikan’ dirinya” , yang pernah terjadi pada abad ke-10 silam.

    Nuwun

    Punåkawan

  28. Wah…, senang sekali Ki
    beberapa kali pak satpam ikut Ki Arema ke lembah dan lereng gunung jadi senang gunung-gunungan.
    Monggo Ki.
    catatan: gandok 46 dibuka besok saja, gandok 45 masih cukup longgar.

    • Njih leres ngger …
      Para cantrik langkung remen yen gandokhe diisi rumiyem tinimbang dibuka malih ….

      Periboso …. warung buka nanging ora ono wedang sereh lan telo godhog …..
      Sarehne isih akeh awu …. beterbangan … warunge mangke namung kebak kalihan awu …

      Ya wis tak neruske sare …..

  29. Nuwun

    Lir sumilir lumakuning urip rinå lan wêngi, wanci lingsir wêngi, tintrim, wingit, mugå-mugå tansah antuk pêpayunganing Gusti Kang Måhå Wikan, manêdyå wantah ora kêndat tansah éling lan manêmbah mring Gusti Kang Ora Sarê. Ing madyå ratri pating trênyêp sumrêsêp hêning, énang-énung awang-awung, lamat-lamat dumêling ing akåså, sumusup himå himantåkå, satémah mawéh prabåwå hambabar wahyu kunugrahan suci, mugå-mugå têtêp winêngku sukå basuki.

    Wêngi………….
    Sansåyå nglangut
    sêmiliring bêbaratan tumiyup lon-lonan saking perengin ardi, nggåndå wanginé arumdalu, kênångå lan cêmpåkå
    ugå kêmbang saptå ronå

    Kêmênyan putih
    kêluk sêtanggi dupå ing ngawiyat
    tangis kêdasih lan kidung råråwogå
    mèlu ngobahaké ati

    Mirêngnå pujå puji pangaståwå sajroning sepi
    swaraning gênding Kidung Agung têtêmbangan pårå jiwå suci kang tansah lumampah wontên ing margi kabêcikan,

    Têmbang Agung para jiwa suci sanityåså pinrihatin
    puguh panggah cêgah dhahar lawan néndrå, njumenengi rartri amrih caket mring Gusti. Tansah luyut sumujud ing ngarså Dalêm Gusti.
    .

    Katur dongå pujå-puji pangaståwå dumatêng Gusti Ingkang Måhå Wêlas lan Ingkang Måhå Asih.

    Kidung Agung kang ngémutake pårå titah manungså marang Gusti Kang Ora Naté Saré ingkang tansah maspadaké marang kawulaNé ingkang tansah manêmbah lan nyênyuwun tanpâ kêndat marang PanjênêngaNé.

    Sugêng énjang pårå kadang sutrésnå padépokan pêlangisingosari, wanci lingsir wengi:

    Merapi 851Ç. Letusan dahsyat itu terjadi, Mdang Bhumi Mataram sebuah kerajaan besar hancur dan pralaya pada akhir masa Kaliyuga, dan hari ini Merapi mengulang sejarah yang sama. Merapi sedang “merapi”kan dirinya. Lalu apa yang terjadi kemudian?.

    Atas izin Ki Cantrik Bayuaji, Punakawan mau mendongeng, berikut ini dongengnya:

    DONGENG ARKEOLOGI DAN ANTROPOLOGI
    Seri Sejarah Nusantara

    JIKA MERAPI SEDANG BERSOLEK
    “Hijrahnya” Kerajaan Mataram Kuna dari Mdang ke Tamwlang

    Merapi memang sedang bersolek.
    Ketika hujan mengguyur memandikan tubuhnya. Merapi gemetaran menggigil kedinginan.

    Sesudah itu dengan genitnya Merapi memakai bedak pupur, maka putihlah wajahnya
    Sekitar dirinyapun berbedak putih.
    Jogja pun dibuatnya menjadi cantik. Putih berbedak.
    Tidak hanya Jogya, tetapi Jawadwipa dan juga Nusantara ikut pupuran.

    Lalu dia pakai gincu pemerah bibir, warna merah pun meleleh ‘dlewer’ dari mulutnya, dan pupurnya semakin melabur kemana-mana.

    Cantiknya dikau Merapi
    Merapi memang sedang “merapi”kan dirinya.

    Zaman Kaliyuga

    Pada masa Kaliyuga, ada banyak aturan yang saling bersaing satu sama lain. Mereka tidak punya tabiat. Kekerasan, kepalsuan, penipuan, kelicikan,dan tindak kejahatan lainnya akan menjadi santapan sehari-hari.

    Kesucian dan tabiat baik perlahan-lahan akan merosot. Gairah dan nafsu menjadi pemuas hati di antara pria dan wanita. Wanita akan menjadi objek yang memikat nafsu birahi. Kebohongan akan digunakan untuk mencari nafkah. Orang-orang terpelajar dan para penggede kelihatan lucu dan aneh. Hanya orang-orang kaya yang dapat berkuasa.

    Pada zaman Kaliyuga, banyak perubahan tak diinginkan yang akan terjadi. Tangan kiri akan menjadi tangan kanan, dan tangan kanan menjadi tangan kiri. Orang yang kurang terpelajar akan mengajari kebenaran.
    Yang tua kurang sensitif terhadap yang muda, dan yang muda akan berani melawan yang tua.

    Pada zaman Kaliyuga, orang-orang yang berbuat dosa akan bertambah berlipat-lipat, kebajikan akan meredup dan berhenti berkembang. Pada zaman Kaliyuga, kehamilan di usia remaja bukanlah hal yang asing lagi. Penyebab utamanya kebanyakan karena dampak sosial dari pergaulan yang dijadikan salah satu kebutuhan utama dalam hidup.

    Pada zaman tersebut, umur manusia menjadi semakin pendek, raganya melemah secara mental dan rohaniah. Pada zaman Kaliyuga, para guru akan dilawan oleh para muridnya. Mereka perlahan-lahan kehilangan rasa hormat. Pelajarannya akan dicela dan Kama (nafsu) akan mengontrol semua keinginan manusia. Semakin bertambahnya orang-orang berdosa, keadilan menjadi ternoda, dan kemarahan Tuhan akan mendera.

    Orang-orang berdosa akan dihukum melalui kejadian yang disebabkan oleh kuasa Tuhan, tetapi orang-orang yang masih hidup dan sempat menyaksikannya masih punya kesempatan untuk bertobat, atau tidak bertobat dan ikut dihukum bersama orang-orang berdosa yang lain.

    Ketika pohon-pohon berhenti berbunga, dan pohon-pohon buah berhenti berbuah, maka pada saat itulah masa-masa menjelang akhirnya zaman Kaliyuga. Hujan akan turun bukan pada musimnya, sering terjadi gempa bumi dan bencana, gunung meletus, ketika akhir zaman Kaliyuga sudah mendekat.

    Kerajaan Mataram Hindu-Budha.

    Kerajaan Mataram Kuno atau disebut dengan Bhumi Mataram. Pada awalnya terletak di Jawa Tengah. Daerah Mataram dikelilingi oleh banyak pegunungan seperti pegunungan Serayu, gunung Prau, gunung Sindoro, gunung Sumbing, gunung Ungaran, gunung Merbabu, gunung Merapi, pegunungan Kendang, gunung Lawu, gunung Sewu serta gunung Kidul. Daerah ini juga banyak mengalir sungai besar di antaranya sungai Progo, Bogowonto, Elo, dan Bengawan Solo.

    Kerajaan ini sering disebut dengan Kerajaan Mataram Kunå (dalam dongeng ini selajutnya disebut Mataram) sebagai pembeda dengan Mataram Baru atau Kesultanan Mataram Islam.

    Kerajaan Mataram merupakan daerah yang subur yang memudahkan terjadinya pertumbuhan penduduk yang cukup pesat dan merupakan kekuatan utama bagi negara darat.

    Kerajaan Mataram berkuasa di Jawa Tengah bagian selatan antara abad ke-8 dan abad ke-10. Nama Mataram sendiri pertama kali disebut pada prasasti yang ditulis di masa raja Balitung.

    Kerajaan Mataram yang berpusat di Jawa Tengah terdiri dari dua wangsa (keluarga), yaitu wangsa Sanjaya dan wangsa Sailendra. Pendiri wangsa Sanjaya adalah Raja Sanjaya. Ia menggantikan raja sebelumnya, yakni Raja Sanna. Konon, Raja Sanjaya telah menyelamatkan Kerajaan Mataram Kuno dari kehancuran setelah Raja Sanna wafat.

    Setelah Raha Sanjaya wafat, kekuasaan Kerajaan Mataram Kuno dipegang oleh Dapunta Sailendra, pendiri wangsa Sailendra. Para raja keturunan wangsa Sanjaya seperti Sri Maharaja Rakai Panangkaran, Sri Maharaja Rakai Panunggalan, Sri Maharaja Rakai Warak, dan Sri Maharaja Rakai Garung merupakan raja bawahan dari wangsa Sailendra.

    Oleh Karena adanya perlawanan yang dilakukan oleh keturunan Raja Sanjaya, Samaratungga (raja wangsa Sailendra) menyerahkan anak perempuannya, Pramodawarddhani, untuk dikawinkan dengan anak Rakai Patapan, yaitu Rakai Pikatan (wangsa Sanjaya).

    Rakai Pikatan kemudian menduduki takhta Kerajaan Mataram Kuno. Melihat keadaan ini, adik Pramodawarddhani, yaitu Balaputeradewa, mengadakan perlawanan namun kalah dalam peperangan.
    Balaputeradewa kemudian melarikan diri ke Swarnadwipa (diduga Sumatra, daerah Palembang sekarang) dan menjadi raja Sriwijaya.

    Pada masa Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitung Dharmodaya Mahasambu berkuasa, terjadi perebutan kekuasaan di antara para pangeran Kerajaan Mataram Kuno. Ketika Sri Maharaja Rakai Sumba Dyah Wawa berkuasa, kerajaan ini berakhir dengan tiba-tiba.

    Mataram Hindu — Wangsa Sanjaya (732 M).

    Sanjaya yang merupakan penerus Kerajaan Galuh menyerang Purbasora yang saat itu menguasai Kerajaan Galuh dengan bantuan dari Tarusbawa dan berhasil melengserkannya. Prabu Harisdarma pun menjadi raja Kerajaan Sunda Galuh.

    Prabu Harisdarma yang juga ahli waris dari Kalingga, kemudian menjadi penguasa Kalingga Utara yang disebut Bumi Mataram dan dikenal dengan nama Sanjaya pada tahun 732 M. Sanjaya atau Prabu Harisdarma, raja kedua Kerajaan Sunda (723-732 M), menjadi raja
    Kerajaan Mataram (Hindu) (732-760 M). ia adalah pendiri Kerajaan Mataram Kuno sekaligus pendiri Wangsa Sanjaya.

    Prasasti Metyasih atau Prasasti Mantyasihatau Prasasti Balitung

    Prasasti ini ditemukan di desa Kedu, berangka tahun 907 M. Prasasti Metyasih yang diterbitkan oleh Rakai Watukumara Dyah Balitung (Wangsa Sanjaya ke-9) terbuat dari tembaga. Prasasti ini dikeluarkan sehubungan dengan pemberian hadiah tanah kepada lima orang patihnya di Metyasih, karena telah berjasa besar terhadap Kerajaan serta memuat nama para raja-raja Mataram, dari Wangsa Sanjaya yang pernah berkuasa, yaitu:

    [Tulisan kali ini lebih difokuskan pada perpindahan Kerajaan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. Pada saatnya nanti, Insya Allah Punakawan akan uraikan satu per satu beliau-beliau para raja Mataram ini, prestasinya, juga ajaran ajaran pitutur dan wewalernya]:

    1. Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya (732-760 M)
    2. Sri Maharaja Rakai Panangkaran (760-780 M)
    3. Sri Maharaja Rakai Pananggalan (780-800 M)
    4. Sri Maharaja Rakai Warak (800-820 M)
    5. Sri Maharaja Rakai Garung (820-840 M)
    6. Sri Maharaja Rakai Pikatan (840 – 856 M)
    7. Sri Maharaja Rakai Kayuwangi (856 – 882 M)
    8. Sri Maharaja Rakai Watuhumalang (882 – 899 M)
    9. Sri Maharaja Watukumara Dyah Balitung (898 – 915 M)
    10. Sri Maharaja Rakai Daksottama (915 – 919 M)
    11. Sri Maharaja Dyah Tulodhong (919 – 921 M)
    12. Sri Maharaja Dyah Wawa (921 – 928 M)
    13. Sri Maharaja Rakai Empu Sendok (929 – 930 M)

    Keruntuhan Wangsa Sanjaya

    Pada abad ke-10, Dyah Wawa mempersiapkan stategi suksesi Empu Sendok yang memiliki integritas dan moralitas sebagai calon pemimpin Mataram. Pada saat itulah pemerintahan Dyah Wawa mengalami kemunduran.

    Banyak perbuatan maksiat dan dosa dilakukan secara terang-terangan tanpa rasa malu, seperti suap dan korupsi, perzinahan, minum-minuman keras dan candu, yang mengundang peringatan dan azab melalui bencana alam yang datang bertubi-tubi di negeri tercinta itu.

    Ini adalah salah satu contohnya (Lihat juga “Pemerasan oleh Pejabat Pajak digagalkan Penegak Hukum) di: https://pelangisingosari.wordpress.com/seri-kerajaan-nusantara-pbm/3/

    Diceritakan pada masa itu bahwa kawula Mataram di bawah pemerintahan Dyah Wawa, meskipun diberitakan kerajaan mengalami kejayaan. Roda perekonomian pada masa pemerintahannya berjalan dengan pesat.
    Tanah-tanah pertanian subur. Tetapi prasasti lain membuktikan sebaliknya:

    Kawula kerajaan digambarkan sering mengalami kesulitan hidup, sedih karena beratnya menyangga beban hidup, yang seakan tak pernah berakhir. Harta dan nyawa yang hilang kêtrajang banjir yang terlalu sering, tertimbun tanah longsor yang terlalu kêrêp), puso (kerep banget), sawah pategalan kering, gempa bumi (juga sering), Juga kasus-kasus penegakan hukum, kasus-kasus suap, pemerasan, penyuapan, penggelapan pajak, adalah sedikit dari kasus penegakan hukum yang tercatat, termasuk juga penghilangan nyawa orang.

    Dari sekian berita di atas, anehnya berita-berita itu seolah hendak memberikan isyarat bahwa betapa bobroknya lahir (banjir, gempa bumi,) dan batin (perzinahan, nyolong, suap, pemerasan, pembunuhan, dan seterusnya, dan seterusnya) negeri Mataram pada waktu itu.

    Pårå kadang,

    Ternyata satu salah satu berita di atas pernah diberitakan “koran kuno” yang kini berada di Museum Nasional Jakarta. Ada satu artefak yang patut mendapat perhatian. Benda kuno itu berupa sepotong lempengan logam berukuran 27 cm x 23 cm, dengan kode inventaris E 63. Kondisi artefak memang sudah berkarat di sana-sini sehingga terkesan “acakadhut”. Dilihat dari bentuknya tak ada yang bernilai seni, kecuali berupa tatahan aksara.

    Tidak sembarang orang mampu membaca benda ini.
    Namun bagi Ki Bayuaji dan para “sinuwun” arkeolog yang menggeluti bidang epigrafi (aksara dan tulisan kuno), benda itu sangat berarti karena informasi di dalamnya sangat bermanfaat untuk kajian masa kini.
    “Surat kabar kuno” tersebut adalah adalah Prasasti Wurudu Kidul diterbitkan pada 844Ç/922M, ditulis dengan aksara dan bahasa Jawa Kuno. Pertama kali isi prasasti Wurudu Kidul diulas oleh W.F. Stutterheim pada 1935.

    Pada intinya prasasti Wurudu Kidul menguraikan bagaimana susahnya seseorang menjadi warga keturunan dalam menghadapi pejabat pajak. Kemungkinan, sebelum ini pemerasan pajak hampir selalu dilakukan terhadap orang asing. Hukum Jawa Kuno memang mengatur bahwa pajak orang asing lebih tinggi daripada pajak orang pribumi. Namun kalau sudah keterlaluan, jelas-jelas akan menimbulkan citra buruk bagi pejabat pajak kerajaan.

    Konon, menurut bagian awal prasasti ini (disebut Prasasti Wurudu Kidul A), ada seorang pria bernama Sang Dhanadi. Dia bertempat tingal di desa Wurudu Kidul. Suatu hari Dhanadi kedatangan tamu bernama Wukajana. Orang ini menjabat sebagai Samgat Manghuri (yakni “Pejabat Direktorat Perpajakan Departemen Keuangan Kerajaan Mataram Kunå”), yang bertugas memungut pajak dari rumah ke rumah.

    Begitu melihat Dhanadi, Wukajana langsung menuduh Dhanadi bahwa dia adalah anak orang asing. “Kamu termasuk golongan warga atau wka kilalang (orang asing),” demikian kira-kira tuduhannya. Sebagai orang asing tentu saja Dhanadi harus membayar pajak lebih besar daripada warga pribumi.

    Dhanadi tidak terima dengan sangkaan tersebut. Dia lalu mengadu ke KPK (eh maksudnya ke Sang Pamget Padang (yakni hakim dari pengadilan kerajaan Mataram Kunå, bernama Empu Bhadra). Untungnya hakim tidak mengulur-ulur waktu perkara seperti zaman sekarang. Tak berapa lama, sang hakim segera mengusut tuduhan terhadap Dhanadi itu.

    Sebagai tambahan informasi Sang Pamget Padang Empu Bhadra ini adalah hakim yang sangat jujur, disegani oleh semua pihak bahkan oleh Baginda Prabu Sri Maharaja Rakai Sumba Dyah Wawa Sri Wijayalokanamottungga atau Dyah Wawa, sendiri.

    Pertama kali, keluarga Dhanadi dipanggil satu per satu ke persidangan. Mulai dari kakek nenek hingga ayah ibu diperiksa dengan saksama dan ketat di pengadilan. Dari garis kakek dirunut-runut apakah ada unsur asing yang mengalir dalam darah Dhanadi.
    Begitu pula dari garis nenek. Bukan cuma itu. Warga di desa Grih, Kahuripan, dan Paninglaran yang berada di sekitar desa tempat Dhanadi tinggal, ikut dimintai keterangan sebagai saksi.

    Setelah melakukan pemeriksaan yang ketat dan seksama, dengan tegas dan berwibawa hakim segera memutuskan bahwa Dhanadi dan keluarganya benar-benar orang pribumi asli. Menurut prasasti disebut wwang yukti. Dengan demikian besarnya pajak yang harus dibayarkan Dhanadi tidak setinggi seperti yang diminta pejabat “direktotat pajak” itu.

    Sebagai pegangan, hakim itu Sang Pamget Padang Empu Bhadra, memberikan “Surat Sakti” (tidak dijelaskan bahan “surat” tapi yang pasti bukan kertas) tertanggal 6 Kresnapaksa bulan Baisakha tahun 844Ç atau identik dengan 20 April 922M. Waktu itu pula (922M) yang dijadikan tarikh prasasti Wurudu Kidul.

    Namun sudah plong-kah hati Dhanadi? Mungkin karena sudah “mental pejabat korup”, rupa-rupanya pejabat pajak tadi tidak puas atas keputusan hakim. Akibatnya kali ini ketenangan Dhanadi terusik kembali oleh pejabat pajak lain, Pamariwa. Ternyata Pamariwa adalah orang suruhan Wukajana dari Samgat Manghuri, pejabat pajak yang coba memeras Dhanadi tadi.

    Begitu bertemu muka dengan Dhanadi, demikian menurut Prasasti Wurudu Kidul B, Pamariwa langsung menuduhnya anak keturunan Khmer atau Kamboja, disebut wka kmir, tentu saja Dhanadi sangat tersinggung. Dia mengadu lagi ke Sang Pamget Padang.

    Sesuai prosedur hukum, hakim mengirim “surat panggilan” pertama ke rumah Pamariwa agar menghadiri sidang gugatan. Namun pada panggilan pertama, Pamariwa tidak datang.
    Hakim mengirim lagi surat panggilan kedua. Kali ini Pamariwa juga tetap tidak datang. Akhirnya Samget Juru i Madandar memenangkan Dhanadi. Rupa-rupanya pada waktu itu belum dikenal istilah “pemanggilan paksa” seperti pada zaman sekarang. Jadi cukup pemanggilan dua kali berturut-turut. Jika tidak datang, berarti kalah perkara.

    Sekali lagi, Dhanadi menerima “Surat Sakti” tertanggal 7 Suklapaksa bulan Jyaistha tahun 844Ç atau 6 Mei 922M.
    Jelas sekali dari kedua kasus itu, ada upaya pemerasan yang coba dilakukan pejabat pajak. Di pihak lain, upaya negatif itu digagalkan hakim yang jujur.

    Sayang, proses pengadilan itu terjadi di masa lampau, tepatnya di Kerajaan Mataram. Kalau saja terjadi di masa kini, mungkin penjara kita sudah dipenuhi koruptor-koruptor.

    Terhadap ulah Pamariwa yang dua kali mangkir, tentu saja dikenakan sanksi berdasarkan hukum Jawa Kuno. Dikatakan di dalam berbagai kitab hukum, perbuatan menuduh yang tidak berdasar (duhilatan) adalah tindak pidana yang patut dikenai hukuman. Namun belum jelas hukuman apa yang dijatuhkan kepada Pamariwa itu. Juga kepada atasan Pamariwa, Wukajana dari Samgat Manghuri.

    Boleh jadi, berita pada “koran purba” di atas hanya satu dari sekian banyak berita-berita kebobrokan aparat kerajaan, dan Sri Baginda Prabu Dyah Wawa masih harus menghadapi serangan pasukan “asing” dari utara. Kerajaan Sriwijaya.

    Benar-benar negara Kerajaan Mataram sudah berada diambang keruntuhannya. Lengkap sudah carut marut negeri tercinta Mataram Kuno itu. Demikian Sang Pujangga mendongeng.

    Pårå kadang,

    Empu Sendok yang memegang pemerintahan setelah Dyah Wawa meninggal merasa khawatir terhadap serangan yang dilancarkan oleh Kerajaan Sriwijaya. Empu Sendok memindahkan pusat pemerintahannya dari Jawa Tengah ke Jawa Timur.

    Sumber lain menyebutkan perpindahan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur itu bertepatan akibat hancurnya kota Medhang atau Medang atau Mdang yang disebabkan oleh meletusnya gunung Merapi secara tiba-tiba, yang dalam sejarahnya merupakan karena yang yang terhebat.

    Letusan itu sedemikian dahsyatnya, berdasarkan catatan geologis sebagian besar puncaknya lenyap dan terjadi pergeseran lapisan tanah ke aah barat daya sehingga terjadi lipatan yang antara lain membentuk gunung Gendol, karena pergerakan tanah itu terbentur pada lempengan-lempengan pegunungan bukit Menoreh.

    Sudah barang tentu letusan itu disertai gempa bumi, awan panas, banjir lahar, hujan abu dan bebatuan panas,yang sangat megerikan

    Bencana alam ini merusak kota Mdhang Ibu Kota Kerjaan mataram, dan juga daerah pemukiman di Jawa Tengah, sehingga oleh para kawula dirasakan sebagai pralaya atau kehancuran dunia. (RW van Bemmelem dalam bukunya The Geology of Indonesia 1949. Boechari: “Some considerations on the problem of the shift of Mataram’s Centre” Bulletin of the Research Centre of Archaeologi of Indonesia).

    Di mana letak ibu kota tersebut ketika pusat pemerintahan ketika masih di Jawa Tengah?

    Berikut cuplikan kata-kata yang ada pada beberapa prasasti yang bunyi aslinya:

    1. Siwagrha 856 M: “i mamratipurastha medang kadatwan

    2. Mantyasih I 907M “ri mdang ri poh pitu, rakai mataram…

    3. Sugih Manek 915 M, Sangguran 928 M “kadatwan…i mdang i bhumi mataram

    4. Turyyan 929 M “kadatwan…sri maharaja i bhumi mataram

    5.Paradah II 943M: “i mdang i bhumi mataram i watu galuh

    Sebagaimana ditafsirkan kata-kata dalam prasasti itu menunjukkan nama-nama tempat beserta hirarkinya. Nama istana dalam berbagai prasasti ada sekitar tiga buah yaitu Mamrati, Poh Pitu, dan Watu Galuh.
    Sementara nama ibu kotanya disebut sebagai Medang atau Mdang. Nama Medang selalu dipakai meskipun istananya berpindah. Demikian juga ketika pusat pemerintahan pindah ke Jawa Timur nama Medang tetap dipakai.

    Ihwal ibukota Mataram, diduga kuat terletak dekat dengan pusat-pusat bangunan keagamaan terpenting pada saat itu. Ada dua kemungkinan lokasi, yakni di daerah Kedu dan di daerah Prambanan, atau di kedua wilayah tersebut dalam waktu yang tidak bersamaan.

    Kemungkinan tersebut ditunjang oleh kenyataan bahwa bangunan-bangunan keagamaan utama memang terpusat di kedua wilayah tersebut. Selain itu, konsentrasi penemuan prasasti-prasasti dari periode Mataram menunjukkan adanya lima wilayah yang tergolong kepadatannya tinggi, yakni Klaten, Bantul, Temanggung, Sleman, dan Magelang. Dari kelima wilayah ini, dua yang paling padat adalah Sleman di daerah Prambanan dan Magelang di daerah Kedu.

    Demikian pula temuan benda-benda logam, baik yang terbuat dari perunggu, perak, maupun emas, juga terkonsentrasi di kedua wilayah tersebut.
    Salah satu temuan benda emas yang paling fenomenal adalah yang ditemukan di sebuah tempat yang disebut Wonoboyo di dekat Prambanan. Penemuan itu merupakan yang terbesar yang pernah ditemukan di Jawa, terdiri dari berbagai perhiasan, 6.396 keping uang emas, 600 keping uang perak dengan berat keseluruhannya adalah 35 kilogram

    Peristiwa berpindahnya ibukota Mataram Kuna dari I Poh Pitu (Jawa Tengah) ke Tamwlang (Jawa Timur). Letak Tamwlang oleh para ahli diduga daerah Tembelang, kabupaten Jombang. Hal ini berdasarkan berita prasasti Turyyan 851 Saka yang dikeluarkan oleh Sri Maharaja Rake Hino Dyah Sindok Sri Isawikrama Dharmmotunggawijaya berbunyi:

    …maka tewek çri maharaja makadatwan i tamwlang.

    [maka Sri Maharaja berkedaton di Tamwlang (Tambelang (?), Jombang, Jawa Timur)]

    Peristiwa ini dikonversikan menjadi tanggal 24 Juli 929M.
    Kedua berpindahnya ibukota Mataram Kuna dari Tamwlang (ke Watugaluh (kecamatan Diwek). Hal ini diperkuat dalam prasasti Anjukladang 859 Saka (937 Masehi) yang berbunyi:

    …kita prasidha manraksang ranghyangta mdang i bhumi mataram i watugaluh.

    Peristiwa ini diduga terjadi pada 10 April 937 M.

    Orang-orang bijak berkata bahwa: Sesungguhnya letusan Gunung Merapi dan semua kegiatan gunung vulkanik ada dalam “genggaman” Gusti Ingkang Murba Ing Dumadi. Jangankan aktivitas gunung berapi yang luar biasa, bahkan gugurnya sehelai daun atau bergeraknya seekor semut hanya bisa terjadi atas kehendak dan izin Maha Nu Wasesa. Boleh jadi letusan Merapi yang terjadi di abad 10 itu karena kemaksiatan yang merajalela.

    Sebagian dari bangsa ini sudah terlalu jauh dari kehidupan beragama. Banyak perbuatan maksiat dan dosa dilakukan secara terang-terangan tanpa rasa malu, seperti korupsi, perzinahan, minum-minuman keras, narkoba, dan lain lain, yang mengundang peringatan dan azab dari Tuhan melalui bencana alam yang datang bertubi-tubi di negeri tercinta ini.

    Belum selesai akibat banjir bandang Wasior, lalu datang gempa dan badai Tsunami di Mentawai, lalu letusan Gunung Merapi, dan akan menghadapi ancaman badai Siklun Anggrek yang tidak kalah dahsyatnya. Allahu Akbar.

    Dhuh Gusti, kawulå nyuwun pangapurå sâdåyå doså kawulå

    Nuwun, keparêng

    punåkawan

    Sumber Sejarah
    1. Prasasti Canggal
    2. Prasasti Metyasih/Balitung
    3. Prasasti Wurudu Kidul

    • Sugeng enjing….

      Matur nuwun bapa Punakawan. Ini cerita yang sudah saya tunggu2, terkait kabar kabur dari tlatah Merapi.

      • Sumånggå Ki
        Mugi karahayon ingkang tansah angrungkêbi kitå sadåyå.

  30. Selamat pagi.

    masih harus bersabar nggih…..

    • mbuten punapa2 kuq Fak Lik ….
      mbokan duduk uwong mbanyumasan,inyonge tetep siga

      • Hadu…..
        gak ngerti aku, apa itu “inyonge tetep iga”?

        • berarti sanes tiyang mbanyumas njih…

    • Ciri2ne wong sabar :
      Ora muringan
      Ora nesunan
      Ora ngogrokan
      Ora merinan
      Ora kemrungsungan
      Ora gumunan
      Ora kagetan
      Ora mumetan
      Ora et labora

  31. Tenang saja P. Satpam.
    Semua cantrik tetap siaga koq karena statusnya masih tetap.
    Selamat pagi Saudaraku semua.
    Semoga tetap sehat selalu

  32. Assalamu’alaikum, selamat siang sanak sedoyo…
    Hari ini aku istirahat dirumah krn semalam begadang n tidur hanya 3 jam.
    mungkin sudah diatur ma Allah SWT td pagi pas berangkat pake kuda aku nabrak anak sekolah n jatuh, alhamdulillah anaknya ndak papa memar dan shock trus langsung diurut dan dibawa kedokter, dan aku juga memar n bengkak sedikit yach lumayan berjumpalitan seperti 2,5 thn yg lalu, untung (wis kayak wong jowo, masih untung) Allah SWT masih melindungi..

    • Alhamdulillah, slamet kabeh
      tak kancani istirahat neng ngomah.

    • Nek numpak jaran seng ati2…kadang jarane mateg aji jaran goyang..
      Nek aku luwih seneng numpang kuda poni sobo alas

    • Makenye kalo abis begadang jangan bawa kendraan ya pok, …… Ya udah selamat istirohat, …… apa perlu diurut?

  33. Weh, ki Emprith dah nyampe rumah, Alhamdulillah dah selamat tiba di citeureup, hehehe lucky me, slamet ma untung sodaraan yach…

  34. merapi menagih janji ( janji apa ya? )

    • Cantrik dan mentrik juga menagih janji ………….

      • 😛

        • Nuwun Ki Panji; lha koq wontên gundul kuning sumèh gumuyu; jan-jané wontên punåpå Ki.
          Sajaké Ki Panji lagi rênå ing pênggalih
          .
          Sugêng sontên Ki.

          Mugi-mugi sâdåyå titah tansah pikantuk karaharjan.

          • 😛 memancing orang lain untuk 😛 , 😦 memacing orang lain untuk 😦 .
            padahal sebenarnya 😦 , tetapi biar orang lain 😛 ya lebih baik pakai 😛
            Kalau masih bisa 😛 kenapa harus 😦 ?
            kan lebih baik 😛 daripada 👿 atau 😈

            halah…, ngomong apa to iki. 😛

        • Ooooooooooooooooooo…
          Pe nike sanes Pak tho…
          jebule Pe niku Panji …

          Fanji SatFam Fisss Fak Lik

      • dan… Pak Satpam pun memberi janji… janji wis ono kiriman

  35. esem kang nggowo lego

  36. Sugêng dalu pårå kadang sutrésnå padépokan pêlangisingosari.

    Adakah ada tanda-tanda rontal 043–044–045 akan diwedar atau buka gandhok baru 046. Kalau belum, ndongeng aja ya, tapi ntar di gandhok baru setelah dibuka.

    • Saya tadi baru copas yang sejarah merapi Ki Puna, … blum sempat ngebacanya. Nah sekarang baru mo baca sekalian ditunggu yg menyusul.
      Mtwn!

    • Belum ada tanda-tanda Ki.
      Masih bingung ini, apakah buka gandok baru atau tidak.
      Kata Ki Widura, masa buka warung gak ada kopi dan gorengannya.

      • Ya sudah tak leyeh-leyeh dulu sambil njahit moto!

      • Eling tahunan kepungkur .. wektu wong sak umurku wis kepekso mangan panganan jaran, bulgur.
        Yen wengi wetengku NGELIH ….. terus
        Neng omah ora ana panganan ….
        Kanggo nyemur … si Mbah terus nDongeng … nganti aku lan adik-2ku iso turu.

        nGGer Satpam …. menawi gandhok anyar bade dibika … monggo …
        Si Mbah Bayuaji kersane nDongeng ….
        senadjan NGELIH … kula pingin mirengaken …
        Syukur … iso keslemur lan mapan turu.

        Mangga mBah Bayuaji ….
        Dongeng nJenengan akan diiringi irama keroncong ….

        Wetengku arep main ukil-lele … sinten sing bade kothekan ….

    • Lha punika rak sampun gandok enggal tho Ki Puna?? Punapa ingkang panjenengan kersakaken gandok 46?

  37. ciluk ba

    • #43

  38. Gue punya temen kantor lagi sakit, informasinye, ginjal beliau sebelah sudah tidak berfungsi lagi.
    Yang menjadi menarik, bukan masalah penyakitnya, tapi bisik-bisik beberapa teman yang mengatakan “itulah akibat sering makan riba”
    GUE, enggak begitu deket ame temen yang sakit itu, juga dengan teman-teman yang bergosip itu, tapi ada sebuah renungan, alangkah sedih dan malangnya kawan gue ini, sudah sakit plus gosip miring.
    APAKAH SEBUAH MUSIBAH DAN BENCANA BERKAITAN ERAT DENGAN PERBUATAN KITA ?????
    Atas nama pribadi, mungkin gue belon bisa berbuat apa-apa untuk semua sesama yang saat ini tertimpa musibah di tanah air tercinta, setidaknya gue enggak ikut “bergosip”.
    Permisi………….

    • Anak menjerit jerit
      Asap panas membakar
      Lahar dan badai menyapu bersih
      Ini bukan hukuman hanya satu isyarat
      Bahwa kita mesti banyak berbenah

    • Kita mesti berjuang memerangi diri
      Bercermin dan banyaklah bercermin
      Tuhan ada di sini
      Di dalam jiwa ini
      Berusahalah agar Dia tersenyum

      • Permisi…….

        Konon katanya, Fir’aun tidak pernah sakit, jangankan sakit berat, flu aje enggak pernah.Itulah sebabnya, beliau begitu susah mencerna “dakwah” yang disampaikan oleh Nabi Musa bahwa ada kekuasaan yang lebih besar dari kekuasaannya.
        Ternyata, disaat ada bencana dan musibah, Allah memperlihatkan kekuasaanNYA.
        Sementara, ketika kemudahan, kesenangan dan kemenangan, Allah memperlihatkan wajah Maha pemurah dan pengasihnya.
        Tapi semua tergantung pada hati, berbahagialah mereka yang dimanapun berada, dan dalam keadaan apapun, selalu melihat wajah TUHAN-NYA, ada.
        ADA seorang teman yang punya keinginan sederhana : sewaktu kecil dimanja, ketika remaja dipuja, ketika dewasa kaya raya, dan setelah mati, MASUK SURGA.
        ADA teman yang punya keinginan lebih sederhana lagi, DIA cuma ingin melihat wajah TUHANNYA.

        permisi……….

    • “Yang dimaksud perbuatan keji (faahisyah) ialah dosa besar yang mana mudharatnya tidak hanya menimpa diri sendiri tetapi juga orang lain, seperti zina, riba. Menganiaya diri sendiri ialah melakukan dosa yang mana mudharatnya hanya menimpa diri sendiri baik yang besar atau kecil.”
      (QS. Ali Imran:229)

      “Dan Kami bagi-bagi mereka di dunia ini menjadi beberapa golongan; di antaranya ada orang-orang yang saleh dan di antaranya ada yang tidak demikian. Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran).”
      (QS. Al-A’raf:168)

      Memaknai musibah yang terjadi pada seseorang maupun bencana berskala besar dikaitkan dengan kedua ayat di atas adalah pelajaran yang sangat berharga bagi kita. TETAPI, memaknai musibah/bencana itu secara verbal akan sangat riskan bagi kita melanggar peringatan Allah di ayat berikut.

      “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”
      (QS. Al-Hujuraat:12)

      Wallahu a’lam.
      Semoga bermanfaat.

  39. Sugeng enjenk…
    Sak begja2ne menungso, luwih begjo wong kang ora ciloko

  40. Matur nuwun

  41. Monggo.
    Podo ngaturake Matur Nuwun
    Untuk Ki Is sing Scannernya terus krikat krekit …
    Untuk nGGer Satpam sing wedare eRat eRiiiit …
    Hiks …. atas anJuran taBib padepokan … 😆

    Tak blayu disit sa durunge …..

  42. Matur nuwun …..

  43. Badhe nyuwun Pirso, Rontal engkang 45 sampun diwedar dereng nggih ? Menawi sampun kinten-kinten wonten pundi Pak Satpam nyingitaken, kulo sampun luwe sangeeeeet pingin ngrahapi rontal 45…..

    • Halaman 2 Ki…..”andeng2-e” monggo

    • Monggo ->(.)

    • Monggo ->(45)

      • Matur Suwun Ki, rontal sampun cinandhak….

    • Monggo ->(.)(.)

  44. matur nuwun, sudah ngundhuh.

  45. Ha ha ha ….

    lama tidak komen, hari ini terpaksa komen lagi.

    Karena kali ini saya dibuat pusing oleh rontal 045.
    Harus baca loncat-loncat dan ada yang harus pakai cermin (halaman 22). karena pusing, saya ikuti saran Ki Ismoyo (betulkah?) dengan menggunakan cermin pengilon milik Nyai.

    Nyai hanya senyum-senyum sambil menggeremang, “baca di laptop kok pakai cermin itu baca apa to Kiai.”

    Apapun, terimakasih Pak Satpam, Ki Arema dan Ki Ismoyo.


Tinggalkan Balasan ke emprith Batalkan balasan