NSSI-17

kembali | lanjut >>

Laman: 1 2 3

Telah Terbit on 3 Juni 2011 at 07:08  Comments (41)  

The URI to TrackBack this entry is: https://pelangisingosari.wordpress.com/nssi-17/trackback/

RSS feed for comments on this post.

41 KomentarTinggalkan komentar

  1. assalamualaikum, merji again n again n again 🙂 🙂 🙂

    • wikikiki … topenge pasingsingan kok ora medeni, malah lutuuuuuuu 🙂 🙂

      • kuwi dudu pasingsingan nduk….

        kuwi simolodra sepuh vs mahesa jenar

        • masak sih? … masak simo rodra pake topeng? … klopun pake, pasti topeng macan spt pas nyegat mj n gs di tidar

          lagian nulis rodra aja kliru lodra, apa ga kliru juga perkiraana? 🙂

          • lagian yg suka maen sirep kan pasingsingan

          • cuman beda tipis : l sama r …

            Mit, hr minggu aku ke Solo…mau kutraktir pizza ga ?

          • uang tiket pesawatna dibeliin pizza kan dapet buanyaaaak tuh, trus dibagi2 ke fakir miskin di pinggir kebon jagung, sepertinya lebih banyak yg suka deh, … n ditanggung kebon jagungna tambah aman dari gangguan tetangga 🙂

          • tonggoku wis aman…tiap hari bisa ambil ndiri klo mau jagung…

            pengin kopdaran ma MITA je..

          • ..Mau pizza lagi Mit, tinggal pilih..pizza ambon, pizza kapok..ato..pizza susu…

    • Waalaikumsalam wr.wb.,
      😛 again n again n again

    • wiiii mj geniiit, pake melati dikupingna 🙂

      • berantem seru gitu kok melatina ga jatuh ya? 🙂

        • apa dilem? 🙂

          • Ya…dilem tikus

  2. orang dulu kok pada ga pake sendal ya? … ntar klo kecocok beling gmn dunk? 🙂

    • ya sakit to.
      ato telapak kakina dah kapalen kalee.

      • ono lagune …

        Beling,
        nothing more than belings
        trying to forget my beling of love
        teardrops rolling down on my face
        trying to forget my belings of love

        • wikikiki 🙂 … rodo ra mekso 🙂

  3. Hadir……………….
    selamat malam sabtu……….

  4. Nuwun

    dan Shubuhku berpesan
    cintailah yang berhak engkau cintai
    sayangilah yang berhak engkau sayangi.
    sayangilah olehmu yang ada dibumi
    niscaya penduduk langit akan menyayangimu.

    Sugêng énjang pårå kadang
    Nuwun

    punåkawan bayuaji

  5. Sugeng Enjang.

  6. Sugeng sore Ki/Nyi/Ni sanak

    Oiii.. sugeng kamu tu dipanggil terusss, cepet pulang jgn maen layangan trusss

  7. Nuwun
    Sugêng énjang

    DONGENG ARKEOLOGI & ANTROPOLOGI
    SURYA MAJAPAHIT

    Dongeng sebelumnya:
    Waosan kaping-30; Gajah Mada [Parwa ka-9] Hari-hari Akhir Gajah Mada On 29 Mei 2011 at 01:58. NSSI 15

    Dongeng sekarang:

    Waosan kaping-31
    NAPAK TILAS PERJALANAN PRABU HAYAM WURUK

    Berbekal salinan Kitab Pujasastra Nāgarakṛtāgama; bersama-sama dengan beberapa arkeolog mancanegara saya sempat melakukan napak tilas “menyusul” Sang Prabu Hayam Wuruk, dalam perjalanan dinasnya mengunjungi daerah-daerah wilayah kerajaannya di Pulau Jawa bagian Timur, pada 658 tahun yang lalu.

    Napak tilas ini bukan yang pertama kali, telah ada bahkan sering dilakukan. Adapun yang tercatat dalam agenda sejarah, pertama kali napak tilas perjalanan Prabu Hayam Wuruk adalah N.J. Krom dan J.F. Niermeyer dari Utrecht Belanda.

    Bahkan mereka telah menyusun dan menerbitkan peta napak tilas tersebut pada tahun 1913 (Tijdscrift Koninklijk Nederlandsch Aardrijkskundig Genootschap, deel XXX). Terakhir napak tilas ini pernah dilakukan oleh Hadi Sidomulyo (nama aslinya: Nigel Bullough) seorang budayawan Inggris pada tahun 2009 yang baru lalu.

    Ide kreatif Hadi Sidomulyo memvisualisasikan perjalanan dinas Prabu Hayam Wuruk ke wilayah timur Pulau Jawa sebagaimana tersurat dalam Kakawin Negarakertagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca pada tahun 1359.

    Karya visualnya berupa 49 foto dokumentasi eksklusif itu dipamerkan di Galeri Seni House of Sampoerna (HoS) Surabaya, 10 September – 4 Oktober 2009 yang lalu.

    Acara yang digelar oleh Universitas Negeri Surabaya bekerja sama dengan House of Sampoerna itu, merupakan bagian dari rangkaian kegiatan memperingati 650 tahun perjalanan kerja Raja Hayam Wuruk mengelilingi bagian timur Pulau Jawa.

    Dokumentasi foto itu merpakan hasil riset dengan merekam keadaan desa, lingkungan alam, dan bangunan suci peninggalan Majapahit pada rentang waktu antara 1996-2004, bahwa karya fotonya itu bersumber dari bukunya Napak Tilas Perjalanan Mpu Prapanca yang terbit tahun 2007.

    Menurut uraian Nāgarakṛtāgama, pada masa pemerintahan Hayam Wuruk terdapat tahun-tahun penting yang berkenaan dengan kegiatan perjalanannya ke beberapa daerah di tlatah Jawa bagian Timur.

    Dalam Negarakertagama dikisahkan Hayam Wuruk sebagai Raja Majapahit melakukan ziarah ke tempat pendharmaan leluhurnya di Singasari yang berada disekitar daerah Malang sekarang, salah satunya di dekat tempat pendharmaan Ken Arok.

    Ini menunjukkan bahwa walaupun bukan pusat pemerintahan namun Malang adalah kawasan yang disucikan karena merupakan tanah tempat pendharmaan para leluhur yang dipuja sebagai Dewa.

    Kunjungan ke Singasari merupakan puncak kunjungan Raja Hayam Wuruk, Kunjungannya merupakan wujud penghargaan Hayam Wuruk terhadap pendahulunya, yaitu Kertanegara, sebagai raja terakhir Singasari yang erat kaitannya dengan cikal bakal berdirinya kerajaan Majapahit.

    Dari pusat Majapahit iringan berjalan ke timur hingga Baremi. Dari Baremi iringan membelok ke selatan hingga Kamirahan yang diperkirakan ada di muara Kali Mujur, Lumajang.

    Selanjutnya mereka menyisir pantai selatan dan berhenti di Kutha Bacok. Di sana Hayam Wuruk sempat terpana melihat “karang kinasut ing ryyak asirasirat anghirib jawuh” (karang tersiram ombak yang berpancar seperti hujan).

    Rombongan kemudian berjalan ke utara. Tiba di Patukangan mereka berkemah beberapa hari sebelum meneruskan perjalanan ke arah barat.

    Mereka menyisir pantai utara dan selewat Pasuruan membelok ke arah barat daya menuju Singasari. Di Singasari Hayam Wuruk mengambil jalan memutar melawan arah jarum jam. Ini bisa dimaklumi mengingat raja Majapahit itu penganut Siwa dan bukan pengikut Buddha.

    Sri Baginda Raja melakukan ziarah ke makan para leluhurnya di Singasari (candi Singasari), Kagenengan (pendharmaan pendiri wangsa Rajasa), Jajagu (candi Jago, pendharmaan Wishnuwardhana) dan Kidhal (candi Kidal, pendharmaan Anusanatha/ Anusapati). Di perjalanan kembali ke kraton, raja sempat mampir berziarah ke Jajawi (candi Jawi).

    Jarak tempuh iringan kerajaan kira-kira 700 km dan waktu yang mereka perlukan antara 2-3 bulan. Di medan datar diperkirakan kelajuan mereka sekitar 30 km per hari!

    Pernah rombongan melewati medan yang sulit (saat dari Bondowoso menuruni lembah Sungai Sampean) sehingga dalam sehari hanya mampu melangkah belasan kilo. Pernah pula rombongan “berlari” melahap 40an kilometer sehari.

    Menurut uraian Nāgarakṛtāgama Hayam Wuruk dan rombongannya melakukan muhibah sebagai berikut:
    1. tahun 1353 mengadakan perjalanan ke daerah Pajang,
    2. tahun 1354 perjalanan ke pantai Lasem.
    3. tahun 1357 Hayam Wuruk mengadakan perjalanan menuju ke pantai selatan, dan di tahun yang sama terjadi peristiwa Pasundan-Bubat. Pada tahun itu juga, Laksmana Mpu Nala memimpin kunjungan muhibah armada Majapahit ke daerah Dompo.
    4. tahun 1359 Hayam Wuruk melakukan perjalanan ke Lamajang yang merupakan jelajahnya yang paling panjang. Perjalanan ke Lamajang inilah yang diuraikan secara panjang lebar dalam Nāgarakṛtāgama.
    5. tahun 1360 perjalanan ke Tarib dan Sampur.
    6. tahun 1361 perjalanan ke Rabut Palah (kompleks Candi Panataran), merupakan candi kerajaan Majapahit.
    7. tahun 1362 Hayam Wuruk memenuhi titah ibunya untuk mengadakan upacara sraddha bagi neneknya Rajapatni Gayatri. Merupakan upacara yang meriah dan diakhiri dengan meletakkan arca Prajñaparamita di Candi Prajñaparamitapuri di Bhayanglango.
    8. tahun 1363 Hayam Wuruk mengadakan perjalanan ke Simping (Sumberjati), meresmikan bangunan candi yang konon baru dipindahkan ke lokasi baru. Candi tersebut dibangun untuk memuliakan eyang Hayam Wuruk, yaitu Raden Wijaya (Krtarajasa Jayawarddhana).

    Catatan:

    Upacara sraddha:

    Upacara sraddha adalah upacara mengenang arwah seseorang yang meninggal, yang diduga dilakukan pertama kali oleh umat penganut agama asli Tanah Jawa yang kemudian diadaptasi oleh penganut Hindu semasa kerajaan Majapahit.

    Bentuk reminisensi upacara ini, masih ada sekarang dan disebut sadran atau sering kita sebut nyadran, yang lazim dilakukan oleh beberapa penganut agama Islam menjelang pelaksanaan ibadah puasa di bulan Ramadhan.

    Pada setiap perjalanan tersebut Hayam Wuruk selalu dinyatakan oleh Mpu Prapanca melewati kampung-kampung, dan pesawahan penduduk.

    Dalam Nāgarakṛtāgama mengesankan bahwa kehidupan masyarakat Majapahit pada waktu itu sangat sejahtera, rakyat di desa-desa berdesak-desak di tepi jalan untuk menonton rombongan rajanya lewat.

    Pupuh LIX (59) : [5].
    tucapa tikang wwang ing lebuh atambak i tambing atip
    atetel ayo manganti ri halintanga sang nrpati
    daradara tang wadhu metu mareng lawang atry arebut
    hana kahuwan salampur i panas nika yarpalayu.

    [Tersebut orang yang rapat rampak menambak tepi jalan,
    Berjejal ribut menanti kereta Baginda berlintas,
    Tergopoh-gopoh perempuan ke pintu berebut tempat,
    Malahan ada yang lari telanjang lepas sabuk kainnya.]

    Pupuh LIX (59) : [6].
    ikanang adoh grhanya marebut kayukayw aruhur
    makaburayut ri pang nika raratuha manwam atob
    hana tirisan lirang ywa pinanek nika tanpanaha
    sahaja lali’n katon pijer anona juga ng kinire.

    [Yang jauh tempatnya, memanjat ke kayu berebut tinggi,
    Duduk berdesak-desak di dahan, tak pandang tua muda,
    Bahkan ada juga yang memanjat batang kelapa kuning,
    Lupa malu dilihat orang, karena tepekur memandang.]

    Di tempat-tempat penghentian dalam perjalanan tersebut Hayam Wuruk dan rombongannya selalu disambut dengan suka cita oleh penduduk setempat, makanan disediakan cukup berlimpah, dan bermacam hiburan yang ada dipertunjukkan kepada rombongan raja Hayam Wuruk.

    Rombongan sempat singgah di Madakaripura, tanah perdikan milik patih Gadjah Mada, dan Kambang Rawi, tanah perdikan milik Mpu Nala.

    Berikut beberapa Pupuh dari Kitab Pujasastra Negarakretagama yang menceritakan tempat-tempat yang dikunjungi oleh Prabu Hayam Wuruk:

    Pupuh XVII (17) : [4].
    baryyan masa ri sampun ing sisirakala sira mahasahas macangkrama
    wwanten thanyangaran ri sima kidul i jalagiri mangawetan ing pura
    ramyapan papunagyan ing jagat i kala ning sawung ika mogha tanpegat
    mwang wewe pikatan ri candi lima lot paraparan ira tusta lalana.

    [Tiap bulan sehabis musim hujan beliau biasa beranjangsana keliling,
    Desa Sima di sebelah selatan Jalagiri, di sebelah timur pura,
    Ramai tak ada hentinya selama pertemuan dan upacara prasetya,
    Gembira mengunjungi Wewe Pikatan setempat dengan candi Lima.]

    Pupuh XVII (17) : [5].
    ……….. dateng ri balitar mwang i jimur ….. ukya ng polaman ing dahekuwu ri lingga mara bangin ika lanenusi. yan ring janggala lot sabha nrpati ring surabhaya manulus mare buwun.

    Pupuh XVII (17) : [6].
    ring sakaksatisuryya sang prabhu mahas ri pajang….. ring sakangganaryyama sira mare lasem…… ri dwaradripanendu panglengeng ireng jaladhri kidul…. ngkaneg lodaya len tetu ri sidemen ………….
    sakaksatisuryya = 1275 Ç atau 1353 M
    sakangganaryyama = 1276 Ç atau 1354 M
    dwaradripanendu =1279 Ç atau 1357 M

    Pupuh XVII (17) : [7].
    ndan ring saka sasangkanagarai bhadrapadamasa … ri lumajang ……… saka sasangkanagarai bhadrapadamasa = 1281 Ç, bulan Badrapada (atau Bhådråpådåmåså, kurang lebih bertepatan dengan bulan Agustus – September atau Mångså Karo).

    Pupuh XVII (17) : [8].
    gkan teking maparab prapanca tumut anglaeng angiringi jeng nareswarai….
    (Juga yang menamakan dirinya Prapanca bergembira girang turut mengiring paduka Maharaja)

    Pupuh XVII (17) : [9].
    na hetunya kawarnna desa sakamarggangaran ika irinci tut hawan.
    (Karya kakawin; begitu warna desa sepanjang marga terkarang berturut.)

    Pupuh XVII (17) : [10].
    winarnna ri ri japankuti hana candi sak rebah wetan tang tebupandawadridaluwangbabala muwah i kanci tekang kuti ratnapangkaja muwah kuti hajipangkajadulur…. panjrakmandala len ri pongging i jingankuwu hanyar i samipa ning hawan.

    Pupuh XVII (17) : [11].
    pancasara….kapulungan….ing waru ri hering i tirtha tan madoh

    Pupuh XVIII (18) : [1].
    ryyangkat sri natha sangkeng kapulungan….

    Kendaraan-kendaraan para petinggi negara Kerajaan Majapahit yang dipergunakan dalam perjalanan dinas ini.

    Pupuh XVIII (18) : [3].
    sang sri natheng pajang kweh ni ratha nira padacihna ning diwasasri
    ndan sri natheng lasem sok ratha matulis nandaka sweta sobha
    sang sri natheng dahacihna sadahakusuma syandanabhra tulis mas
    mukyang sang sri jiwanendrasakata samasamacihna lobhang lewih sok

    [Segala kereta Sri Nata Pajang semua bergambar matahari,
    Semua kereta Sri Nata Lasem bergambar cemerlang banteng putih,
    Kendaraan Sri Nata Daha bergambar Dahakusuma mas mengkilat,
    Kereta Sri Nata Jiwana berhias bergas menarik perhatian.]

    Pupuh XVIII (18) : [4].
    ndan sang sri tiktawilwa prabhu sakata nirasangkya cihnanya wilwa
    gringsing lebhong lewih laka pada tinulis ing mas kajangnyan rinengga
    salwir ning punggawamwat bini haji nguniweh iswari sri sudewi
    sakweh ning pekabharyya sakata nika sinang pang harep ning sapanta.

    [Kereta Sri Nata Wilwatikta tak ternilai, bergambar buah maja,
    Beratap kain geringsing, berhias lukisan mas, bersinar merah indah,
    Semua pegawai, parameswari raja dan juga rani Sri Sudewi,
    Ringkasnya para wanita berkereta merah, berjalan paling muka.]

    Pupuh XVIII (18) : [5].
    munggwing wuntat ratha sri nrpati rinacana swarnna ratna pradipta
    anyat lwirnyatawing jampana sagala mawalwahulap songnya lumra
    kirnneng wadwangiring janggala kadiri sedah panglarang sok marampek
    astam tekang bhayangkari amawamawa dudung bhrtya munggwing gajaswa.

    [Kereta Sri Nata berhias mas dan ratna manikam paling belakang,
    Jempana-jempana lainnya bercadar beledu, meluap gemerlap,
    Rapat rampak prajurit pengiring Janggala Kediri, Panglarang, Sedah,
    Bhayangkari serempak berbondong-bondong naik gajah dan kuda.]

    Pupuh XVIII (18) : [6].
    ndah prapteng pancuran mungkur ………. lampah ning kawi animpang sumeper i sawungan ….. sri narendran lumampah tut marggamurwwa sighran dateng i watu kiken ring matanjung mararyyan.

    Pupuh XVIII (18) : [7].
    …….pratyekanya galanggang muwah ikang i badung tan madoh mwang barungbung. tankaryyanger mmanik towi kawisaya ri yanatraya nggehnya menget

    Pupuh XVIII (18) : [8].
    sampun prapta kulur mwang batang i gangan asem teki lampah narendra.

    Pupuh XIX (19) : [1].
    enjing ryy angkat irang narendra dateng anghinep i bhaya ….. sah sangkerikatang, kedung-dawa, rame janapada kahalintangan huwus. ring lampes ritimes muwah kuti ri pogara kahenu lebuh ni kaget. …… teka dadap adulur ikang rathalaris.

    Pupuh XIX (19) : [2].
    wwanten dharma kasogatan prakasite madakaripura kastaweng lango simanugraha bhupati sang apatih gajamada racananya nutama yekanung dinunung nareswara pasanggrahan ira pinened rinupaka andondok mahawan rikang trasungai andyusi capahan atirthasewana.
    [Tersebut dukuh kasogatan Madakaripura dengan pemandangan indah, Tanahnya anugerah Sri Baginda kepada Gajah Mada, teratur rapi, Di situlah Baginda menempati pasanggrahan yang terhias sangat bergas, Sementara mengunjungi mata air, dengan ramah melakukan mandi-bakti.]
    Pupuh XX (20) : [1].
    prapteng desa kasogatan ……. pratyakanya gapuk, sada, pade wisisayeng, isanabajra pageh, ganten, poh, capahan, kalampitan ing lumbang len kuran, we petang, mwwang pancar……..

    Pupuh XX (20) : [2].
    milwang desa ri tunggilis, pabayeman rowangnya nekapupul, rehnyangse kuti ratnapangkaja hane carccan kabhuktyapateh………………
    Pupuh XXI (21) : [1].
    byatitenjing mangkat caritan ikanang desa kahawan, ri lopandak ranwakuning i balerah, bare bare, dawohan lawan kabayeman i telpak ri baremi, sapang kapraptan mwang kasaduran anujwing pawijungan.
    Pupuh XX (21) : [2].
    ……muwah prapteng jaladhipa, talapika mwang ri padali, ring aranon lawan pangalan i payaman len tepasana, ….prapte kamirahan …..
    Pupuh XXII (22) : [1].
    i dampar i patunjungan nrpati lalana mahawan i tira ning pasir
    Pupuh XXII (22) : [2].
    riyangkat ira san datang ri wedi ri guntur asenet i samipa ning hawan …….. kasogatan i bajrakangsa ri taladhwaja telas apageh cinarocaken…………….

    Pupuh XXII (22) : [3].
    araryyan irikang palumbwan aburu ksana lumaris i lingsir ing rawib bhawisya hinalintang ing lwahi rabut lawang anuju surud ningampuhan lurah ri balater linakwan ira lalana mamegil i tira ning pasir.

    Pupuh XXII (22) : [4].
    ring enjing ahawan kunir basini saksana dateng i sadeng siramegil, ….. mamenameng i sarampwan anglengor, ri sah niri wawang teke kuta bacok narapati nawilasa ring pasir…..

    Pupuh XXII (22) : [5].
    ………….. kuta bacok ….. anguttara sake sadeng mahawan ing balung anuju ri tumbu len habet mwah ri galagah ri tampaling anganty amegil i renes apty anangkila amogha kapapag narendra mahawan jayakrta ri wanagriya laris.

    Pupuh XXIII (23) : [1].
    ri dhoni, bentong, paruhan lawan bacek, pakis haji mwang padangan secang, ri jatigumlar kkhahawan silabhango, anguttareng dewa rame take dukun.

    Pupuh XXIII (23) : [2].
    muwah lumampah dateng ing pakambangan
    Pupuh XXIV (24) : [1].
    tuhun maglis dug ring palayangan awarnnalayang adoh. ri bangkong …… prapta ring sarana ………….. sighra prapteng surabhasa……..
    Pupuh XXIV (24) : [2].
    …..bhawisyang yananguttara turayan ang desa kahawan. padatryangkat nyagyataki taki teka ri patukangan.

    Pupuh XXV (25) : [1].
    …..warnnan teki datang nire patukangan sang sri narendrapupul. nggkaneng sagaratira kulwan ikanang talakrpal warata.

    Pupuh XXIX (29) : [3].
    nahan karana ning wawang sah umareng ketha milu rumuhun. tal tunggal, halalang dawa ri pocaran kahawan i pungatan. prapteng toya-rungun, walanding anujw i tarapas amegil. enjing laryy ahawan lemah bang irikang ksana dateng i ketha

    Pupuh XXXIV (34) : [2].
    sighrandatang sira ring aryya saratry anganti enjing manguttara bhawisya datang ri gending.

    Pupuh XXXIV (34) : [4].
    …..ryy angkat niranhawan i lohgaway ing sumanding, borang, banger, baremi tut henu bany angulwan.

    Pupuh XXXV (35) : [4].
    hanan i kedung biru ri kasurangganan mwang i bureng langonyenitung.

    Itulah beberapa nama-nama tempat (kota, desa, candi atau bangunan lain, kampung, pantai, gunung, dan situs-situs lain) yang dikunjungi Sang Prabu Hayam Wuruk selama kunjungan kerja dan perjalanan dinasnya.

    Insya Allah, pada wedaran berikutnya, dengan berbekal ringkasan salinan Kitab Pujasastra Nāgarakṛtāgama, akan saya dongengkan hasil pelacakan dan penyelusuran tempat-tempat tersebut, yang saya lakukan sejak tanggal 21 April 2011 yang lalu, hingga menjelang keberangkatan ke Tanah Suci.

    Dalam napak tilas, atau yang yang lebih tepat adalah pelacakan jalur perjalanan dinas Prabu Hayam Wuruk ini, kami mendapatkan bantuan peta berskala 1: 25.000 dari Bakosurtanal, dan peralatan GPS.

    Tentunya, tidak semua situs dapat saya kunjungi, hal ini dikarenakan antara lain:

    a. nama tersebut sudah hilang dari peta, boleh jadi penduduknya eksodus ke tempat lain;

    b. nama dari tempat tersebut di masa sekarang sudah tidak dikenal lagi karena sudah berubah menjadi nama baru; hilang karena bencana alam, hilang karena bencana perang, atau karena kemungkinan lain;

    c. tempat tersebut sudah berubah wujud, yang tadinya “kota”, sekarang boleh jadi menjadi tegalan, sawah, atau berubah menjadi pemukiman baru yang sama sekali tidak meninggalkan bekas-bekas sedikitpun yang menunjukkan pernah ada kota di situ;

    d. tempat tersebut sudah rusak sama sekali akibat penjarahan terhadap benda-benda atau bangunan-bangunan kuno, yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak mau mengerti arti sejarah; dan penjarahan itu hingga sekarang masih terus berlangsung.

    Nuwun

    cantrik bayuaji

    • Nuwun

      Katur Sanak Kadang ring Padepokan Pelangisingosari.

      Jika pårå Sanak Kadang sekiranya pernah mendengar, atau mengetahui dan berkunjung atau sekarang bermukim di tempat-tempat yang nama-namanya tercantum pada makalah di atas, mohon kiranya dapat memberikan informasinya di gandhok ini, satu dan lain hal untuk memperkaya wawasan kita tentang sejarah Majapahit, yang pasti sangat bermanfaat bagi kita semua.

      Matur nuwun

      cantrik bayuaji

      • hadu…
        kalau Bondowoso, Lumajang, Pasuruan, Singosari, Mojokerto ya mesti tahu dan sering lewat kota-kota itu.
        Madakaripura pernah dengar, meski belum pernah ke sana.
        Kali Mujur sepertinya pernah lewat,
        lha Baremi, kamirahan, Kutho Bacok, dll yang aneh-aneh he he he …., ampun…..

  8. sret srett seret…minggu nglangut

  9. sik belum ada yang pulang dari pelesiran rupanya
    atau kecapekan?
    ya wis….., tengak-tenguk dewe.

  10. Sugeng dalu P. Satpam
    Yo wis tak kancani sedelo.

  11. Matur nuwun, sampun nyundul wedaran jilid 17.

  12. Sugeng Enjang

  13. PAGI….kadang nssI

    • kadang PAGI..kadang SORE

    • PAGI….kadang kadang nasI

      • kadang NASI….kadang ROTI

        ga mesti,

        • kadang bubur…kadang Bu bur..

          • sanak kadang kadung

          • enakan Bu Sur…

          • Asal jangan su..sur !

  14. Bank dunia memuji pendidikan di Indoesia…padahal kalau mau dilihat ke dalam, dari dekat…wah…miris….
    Kenapa miris? karena subjeknya adalah generasi muda, yang akan memegang tongkat estafet…

    • saya juga sering miris sendiri ki……miris bawang…miring kol…miris lombok…biasa masak mie rebus…

      • juga mringris pegang tongkat..estape..


Tinggalkan Balasan ke P. Satpam Batalkan balasan