SST-14

kembali | lanjut >>

Laman: 1 2 3

Telah Terbit on 24 Juni 2012 at 00:37  Comments (34)  

The URI to TrackBack this entry is: https://pelangisingosari.wordpress.com/sst-14/trackback/

RSS feed for comments on this post.

34 KomentarTinggalkan komentar

  1. Esuk uthuk-uthuk…. esuk umun-umun……

    Pamuji Rahayu, Wilujeng enjang

    Esuk uthuk-uthuk, minggu pagi ini, jalan-jalan keliling Monas, dan sekitarnya. Terlihat nJakarta di pagi ini semakin jorok.

    Selebaran-selebaran atribut kampanye pilkada para calon gubernur & wakil gubernur tertempel di dinding-dinding pagar gadung, rumah, bahkan di rambu-rambu lalu-lintas, spanduk-spanduk yang gedenya sa’ hoha semakin membuat mbruwet.
    Kata singkatnya jorok.

    Terpikir nggak sih oleh para calon “pemimpin” (saya ragu kalau mereka disebut pemimpin), daripada duwit dibuang-buang buat bikin/pasang selebaran dan spanduk yang nantinya juga akan jadi sampah, mbokyao (Bahasa Indonesianya mbokyao apa ya) digunakan untuk hal lain yang lebih bermanfaat,

    Piye jal ?

    • he he he …..
      itulah egosime calon pemimpin kita
      atau karena tidak mengerti ya?
      atau karena tidak peduli?
      bahwa atribut yang ditempel dimana-mana itu menyebabkan kota jadi kumuh. Berapa banyak waktu yang digunakan untuk membersihkan atribut kampanye yang ditempelkan di sembarangt tempat tersebut?

      Kadang jadi jengkel, tembok sudah bagus-bagus dicat, e … “dadak” ditempeli kertas dengan penuh di bagian belakangnya. hadu….., membersihkannya harus dikerok dan dicat lagi, capek deh…..

      Saya jadi gak simpati lagi dengan yang membuat kerusakan dan mengotori fasilitas umum dan bangunan milik masyarakat. Kemarin, waktu pemilu setiap kali saya mencoret daftar peserta pemili yang membuat saya ‘geregetan’, hasilnya…. semuanya tercoret dan akhirnya…, say jadi bingung pilih yang mana? he he he he …

      • Kalau menurut saya,
        sebaiknya Mas Risang memilih Jeng Mita wae.

        • tatut…..

          • Wah jagone mas Risang nomer loro.
            Lha jagoku malah muntir srempetan karo Maldonado, uapesss pes….!!!!

  2. wis jamane
    mbokyao

    • mBok Yao – isteri pak Yao.

      • anak-e pak ijo

  3. Sugeng dalu.

    • Sugeng dalu ugi.

      • ugi sugeng dalu

  4. Nuwun
    Pamuji Rahayu

    DONGENG ARKEOLOGI & ANTROPOLOGI MATARAM
    DANANG SUTAWIJAYA
    — de Regering van Panembahan Senapati Ingalaga —

    SÊRAT WÉDHÅTÅMÅ
    (Sisipan Dongeng Tiga Tahun Pertama Panembahan Senapati)

    Sinom Pupuh 02 (16)

    Samangsané pasamuwan,
    Mamangun martå martani,
    Sinambi ing sabên mångså,
    Kålå kalaning asêpi,
    Lêlånå tèki-tèki,
    Nggayuh géyonganing kayun,
    Kayungyun éninging tyas,
    Sanityaså pinrihatin,
    Puguh panggah cêgah dhahar lawan néndrå.

    Dalam setiap pertemuan,
    menciptakan kebahagiaan lahir batin dengan sikap tenang dan
    sabar, penuh kerendahan hati
    Sementara itu pada setiap kesempatan,
    di kala sepi atau di waktu luang,
    bertindak laku mengembara,
    Menggapai cita-cita sepenuh kalbu,
    yang didambakan bagi ketentraman batinnya.
    Hati yang senantiasa prihatin,
    bersungguh-sungguh mencegah makan dan tidur.

    Dalam setiap kesempatan, didalam bergaul dengan siapa saja, ngêmbyah ing madyaning bêbrayan agung kita dituntut untuk membangun suatu sikap têpå-slirå, tahu diri terhadap lawan bicara kita (Samangsané pasamuan, mamangun martå martani).

    Untuk mewujudkan sikap tahu diri yang tepat dan bisa diterapkan kepada khalayak ramai maka kita harus selalu melakukan: refleksi (reflection), meditasi (meditation), berfikir (thinking), pertimbangan (consideration) dan perenungan (contemplation), mau dan mampu membaca tanda-tanda alam, di setiap kesempatan dan waktu, (sinambi ing sabên mångså, kålå kalaning asêpi).

    Kita dituntut untuk senantiasa berpikir akan kekuasaan Tuhan Yang Maha Tak Terbatas. KekuasanNya yang meliputi seluruh alam semesta, dan betapa kecilnya kita ini, kita tidak lebih hanya sepersekian titik debu di alam jagat raya ini.

    Dalam merenung, kita melihat kedalam diri kita, menembus ke dalam batin kita, mengingat dan menyebut Kebesaran NamaNya, dan yang demikian itu tidak cukup hanya dengan menyebut dan mengingat saja, dengan hitungan sekian kali sekian kali, tapi dengan niat didalam hati, meresapi makna dari namaNya, sesungguhnya Cahaya dari Nama-NamaNya itu ada dibalik ciptaanNya.

    Didalam olah-laku itu, leluhur kita dahulu pergi ke alam terbuka untuk bisa lebih meresapi laku pikir dan perenungannya (Lêlånå tèki-tèki), mungkin ini yang disebut laku-tåpå yang dikenal dengan berbagai nama sebutan. Di gua, di gunung, di tepian pantai atau di tempat-tempat sepi yang jarang dijamah manusia.

    Zaman sudah berubah. Dalam olah-laku-tåpå masa kini, mungkin cukup kita lakukan di dalam rumah kita sendiri. Di dalam ruang ‘pesemadian’ (tergantung penganut agama dan keyakinan yang bersangkutan, seperti di: mushola, sanggar pamujan, sanggah pêmêrajan, atau tempat yang disediakan secara khusus untuk melakukan komunikasi dengan Yang Maha Agung; atau masih seperti sesepuh kita, pergi ke ‘ruang’ alam terbuka, di puncak gunung atau di tepi pantai, sambil mensyukuri keindahan pemandangan alam yang terbentang, ciptaan Sang Maha Sempurna.

    Didalam olah-laku itu, berbagai macam keinginan dapat kita panjatkan ke hadirat Tuhan, keinginan apa saja, cita-cita yang hendak digapai, boleh kita pohonkan (nggayuh gêyonganing kayun), namun semua itu harus kita labuhkan kepada Dia Yang Maha Berkehendak, karena hanya Dialah Yang Maha Tahu, dan hanya Dia Sang Maha Pemilik Alam Semesta ini.

    Dalam kehidupan sehari-hari, olah-laku hendaknya dibarengi dengan senantiasa menjaga hati untuk prihatin menahan hawa nafsu (Sanityaså pinrihatin).

    Semua laku didalam menahan dan mengendalikan hawa nafsu itu harus dengan niat dan tekad yang kuat membatasi makan dan tidur (Puguh panggah cêgah dhahar lawan néndrå).

    Membatasi makan itu bukan dengan menyiksa diri berpuasa sepanjang masa, dan bukan pula dengan makan sekenyang-kenyangnya, mumpung masih bisa makan? Bukankah segala sesuatu bila dilakukan secara berlebihan justru menimbulkan berbagai macam penyakit di dalam tubuh kita?

    Dengan kata lain hendaklah makan secukupnya sesuai kebutuhan dan tidak berlebihan.

    Membatasi tidur, tidaklah bermaksud berjaga sepanjang malam tanpa tujuan yang bermanfaat. Bangun di tengah malam, berniat laku-tåpå, kembali kita lakukan meditasi, refleksi diri, berfikir, dan merenung betapa Sang Maha Pemberi Anugrah, telah banyak memberikan kenikmatan kepada kita. Bertanyalah kepada diri kita, apa yang telah kita berikan kepadaNya.

    Malam yang semakin larut, sampun langkung ing madyaning ratri, kapara sampun tumapak ing wanci énjang.

    Malam sudah di duapertiga perjalanannya, Kita terjaga dari tidur lelap kita, alangkah baiknya segera bersuci, endapkan seluruh rasa ke titik paling rendah dalam sanubari, dan mulailah bertanya-tanya tentang diri sendiri: untuk apa umurmu dihabiskan; untuk apa ilmu yang engkau peroleh; untuk apa badanmu digunakan, dan hartamu darimana engkau dapatkan dan kemana engkau belanjakan

    Kepandaian, olah fikir yang diberikan olehNya untuk merancang segalanya, apakah engkau gunakan untuk merencanakan dan menyiasati dunia dan isinya, dan semata-mata hanya untuk kepentinganmu.

    Tangan yang Tuhan beri sedikit kekuasaanNya untukmu, apakah engkau gunakan untuk menyengsarakan umat hamba-hamba Tuhan yang lain?

    Mulut yang Dia beri wewenang atasmu, apakah engkau gunakan untuk menyebar fitnah dan kedengkian, sehingga kebohongan dapat engkau ubah menjadi kebenaran menurut seleramu.

    Kedua telinga yang seharusnya engkau gunakan mendengarkan dendang merdu Sabda Langit, apakah kau gunakan untuk mendengar kersak-kersik berita sumbang, kemudian kau sebarkan lewat mulutmu sebagai fitnah, dan kabar dusta.

    Hidungmu, apakah engkau gunakan untuk mengendus-endus borok tetanggamu, kemudian engkau sebarkan berita itu dengan keji ke tetangga-tetanggamu yang lain.

    Bukankah akan lebih baik jika hidung itu engkau mampukan mencium wangi parfum, kembang setaman sorgaloka.

    Kedua kakimu, engkau langkahkan kemana dan untuk apa. Apakah kedua kakimu engkau gunakan menginjak-injak orang-orang bawahanmu, bersamaan dengan itu pula engkau gunakan lidahmu untuk menjilat-jilat atasanmu.

    Adakah engkau pada hari ini telah berbuat aniaya terhadap sesamamu, terhadap alam dan lingkungan sekitarmu. Apa yang telah engkau perbuatan terhadap mahluk-mahluk lain ciptaan Tuhanmu?

    Adakah engkau memberikan sedikit kegembiraanmu kepada sesamamu, atau malah engkau berbuat keji terhadapnya.

    Apakah harta yang Tuhan berikan kepadamu, telah engkau gunakan untuk menggembirakan sesamamu, kepada para titah Tuhan, atau malah engkau merampas harta saudaramu itu.

    Berbagai hal yang dapat engkau lakukan. Kemudian nilailah dirimu sendiri.
    Adakah pikiran yang buruk.
    Adakah tutur kata yang salah ucap.
    Adakah tindakan yang tercela.

    Mohonlah ampun kepada Dia Yang Maha Pengampun.
    Mohonlah pengamanan yang kukuh atas imanmu,
    Mohonlah penyelamatan kepasrahan dirimu padaNya,
    Mohonlah agar kedua telingamu tidak menyadap kersak-kersik berita dusta,
    Mohonlah agar hidungmu tidak mencium aroma kebusukan.
    Mohonlah agar mulutmu tidak gemar menyulap kebohongan menjadi kebenaran dan menyebar fitnah.
    Mohonlah agar kedua tanganmu tidak mengambil hak orang lain.
    Mohonlah agar tangan-tangan yang engkau miliki dapat engkau gunakan untuk merengkuh hati orang lain dengan kasih sayang.
    Mohonlah agar kedua kakimu tidak melangkah ke jalan kedurhakaan.
    Mohonlah agar Dia Yang Maha Pemaaf, memberikan maaf kepadamu.

    Dan kepadaNya.
    Bermohonlah agar jangan Dia tinggalkan dirimu walau hanya sekejap.

    Mohonlah perlindungan kepadaNya, agar engkau terlindung dari para pendurhaka, terlindung dari kejahatan yang menembus bumi dan kejahatan yang keluar dari bumi; terlindung dari kejahatan yang naik ke langit dan kejahatan yang turun darinya; terlidung dari bencana pagi, siang, sore dan malam hari;
    terlindung dari para pendatang kecuali yang datang dengan segala kebaikan.

    ånå tutugé

    Nuwun
    Punakawan

    • Aamiin…………!!!!

      Adakah engkau mmberikan sedikit kegembiraanmu kepada sesamamu…????
      Atau malah engkau berbuat keji terhadapnya…..???

      Matur nuwun Ki Puna II,
      refleksi batiniah yang indah.

    • Nyuwun sewu

      Ada yang terlewat, lupa diposting:

      Sebelum kalimat:

      Apakah harta yang Tuhan berikan kepadamu, …………….

      mohon disisipkan tambahan kalimat:

      Harta yang engkau miliki, dari mana engkau dapatkan, dan bagaimana caramu mendapatkannya.

      Dengan kekuasaan pikir yang engkau miliki dan yang ada pada tanganmu, apakah engkau gunakan untuk merampas harta sesamamu, merampok, mencuri, mengutil, menipu atau korupsi.

      Mengapa engkau mau disuap oleh orang-orang yang begitu tega mengurangi hak-hak bangsa dan negaramu.

      …………………..

      Demikian, kekurangannya telah dilengkapi.

      Nuwun

      Punakawan

      • Nah ini dia…..!!!!!!
        mesti jawabannya : saya tidak tahu…!!!!

        • T.R.E.N.Y.U.H.

          • mbrebes mili
            matur nuwun

  5. Sugeng dalu para kadang sinara wedi,
    mumpung pak Satpam tindak njajah desa milangkori, tak wakili nggelar klasa.

  6. Pamuji Rahayu

    Bajigur, pisang rebus, jagus rebus, jagung bakar, kacang rebus
    Mangga Ki.Sungguh nikmat. sekali,

    Gelaran klasa yang sudad disiapka Ki Ageng Gembleh, sambil berbincang-bincang tentang Negeri Ha Ha Hi Hi berikut ini.

    (Puisi Negeri Ha HaHi Hi. Karya: Gus Mus (KH. Mustofa Bisri)

    NEGERI HAHA HIHI

    (A. Mustofa Bisri)

    Bukan karena banyaknya grup lawak maka negeriku selalu kocak.
    Justru grup-grup lawak hanya mengganggu dan banyak yang bikin muak.
    Negeriku lucu dan para pemimpinnya suka mengocok perut:

    Banyak yang terus pamer kebodohan dengan keangkuhan yang menggelikan.

    Banyak yang terus pamer keberanian dengan kebodohan yang mengharukan.

    Banyak yang terus pamer kekerdilan dengan teriakan yang memilukan.

    Banyak yang terus pamer kepengecutan dengan lagak yang memuakkan. Ha ha…

    Pejuang keadilan jalannya miring
    Penuntut keadilan kepalanya pusing
    Hakim main mata dengan maling
    Wakil rakyat baunya pesing. Hi hi …

    Kalian jual janji-janji
    untuk menebus kepentingan sendiri

    Kalian hafal pepatah-petitih
    untuk mengelabui mereka yang tertindih.

    Pepatah-petitih, ha ha…
    Anjing menggonggong kalian terus berlalu
    Sambil menggonggong kalian terus berlalu
    Ha ha, hi hi……

    Ada udang di balik batu
    Otaknya udang kepalanya batu
    Ha ha, hi hi……

    Sekali dayung dua pulau terlampaui
    Sekalu untung dua pulau terbeli
    Ha ha, hi hi……

    Gajah mati meninggalkan gading
    Harimau mati meninggalkan belang
    Kalian mati meninggalkan hutang
    Ha ha, hi hi……

    Hujan emas di negeri orang hujan batu di negeri sendiri
    Lebih b aik yuk hujan-hujanan caci-maki
    Ha ha, hi hi……

  7. pengarangnya ikut
    haha hihi gak ya

    • 🙂 Leres Ki Bancak, justru pengarangnya yang ber haha hihi mentertawakannya. 🙂

      • yen kawulo
        mlongo

  8. Pamuji Rahayu

    Wayangan semalam suntuk, lakon “Petruk Dadi Ratu

    • sugeng enjing
      yen kawulo
      aji brojomusti lampahanipun

  9. sugeng dalu,

    • pada keMANA…..kok sepi !!!

      • sik ngantuk aya’e

  10. sugeng siang
    antri

    • Sugeng dalu………
      ndherek ngantri gandhok 15.

      • sugeng dalu
        kulo kancani Ki

        • sugeng siang
          absen

          • sugeng siang
            kulo absenke Ki

  11. ….hmmmmmm..akhirnya sampe juga…..

    Sugeng sonten Kisanak sedoyo…..

    • Sugeng dalu……

      Wah….hari ini 2 Tumenggung nginguk gandhok.
      Pasti gandhok 15 bakal langsung dibukak.
      Harak inggih mekaten to Pak Satpam…????


Tinggalkan komentar